Jambi- Sudah lebih dari 77 tahun HMI berdiri, dan dalam rentang waktu tersebut, banyak tokoh penting bangsa yang lahir dari rahim himpunan ini. Sejak usia bangsa yang masih belia, HMI telah berkomitmen untuk hadir mengawal kemerdekaan yang belum sepenuhnya terwujud. Perjuangan dan pergerakan telah menjadi identitas HMI yang senantiasa dige makan dalam berbagai aspek kehidupan.
Pada era 1940-an, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia, HMI bahkan turut serta dalam perjuangan bersenjata. Hingga tahun 1960-an, tokoh seperti Cak Nur kembali menunjukkan bagaimana HMI memiliki kontribusi besar dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran yang sangat berguna bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Di akhir Orde Baru dan awal reformasi, HMI terus membuktikan bahwa mereka tak pernah meninggalkan bangsa ini.
Namun, saat ini HMI bukannya menunjukkan kemajuan yang progresif, malah semakin hari semakin tampak mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh perubahan orientasi dan kondisi masyarakat yang hampir tidak lagi merasakan esensi dari tujuan HMI, yaitu “demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT”. Berbagai spekulasi pun muncul, mulai dari ketidakmampuan kader HMI dalam mengikuti perkembangan zaman hingga anggapan bahwa HMI hanya dijadikan sebagai bola panas perpolitikan Indonesia.
Sebagai kader HMI, kita tentu tidak ingin himpunan yang sangat kita cintai ini terus terperosok ke dalam jurang kemunduran. Oleh karena itu, rasa tanggung jawab harus kita tanamkan. Langkah pertama adalah menghidupkan kembali komisariat sebagai ujung tombak HMI dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang relevan, seperti diskusi yang sesuai dengan porsi dan kebutuhan kader. Ini penting untuk mengembangkan intelektual serta mempertajam kepekaan kader terhadap kondisi yang dihadapi.
Selain itu, kita juga harus menyesuaikan pola perjuangan HMI dengan tantangan yang ada saat ini. Tantangan yang dihadapi oleh HMI sekarang tentu berbeda dengan apa yang dihadapi oleh para pendiri kita. Di era perkembangan teknologi komunikasi yang sudah sangat masif, di mana kecerdasan buatan (AI) menjadi perhatian utama, kader HMI harus mampu beradaptasi agar tidak tertinggal dalam membawa HMI menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Dengan menanamkan rasa tanggung jawab yang kuat, bukan tidak mungkin HMI akan kembali ke jalur perjuangan yang seharusnya. Bahkan, HMI dapat menjadi garda terdepan dalam menggerakkan masyarakat menuju civil society 5.0. Sebagaimana yang saya yakini, . “A bright future starts with responsibility” – Dendi Ridho – Ketua Umum BPL HMI Cabang Kerinci – Sungai Penuh